Archive for Rehabilitasi Medis

PLANTAR FASCITIS

I.  PENDAHULUAN

Untuk melakukan aktivitas berjalan dan menyangga tubuh, kaki merupakan bagian penting tubuh, sehingga jika terjadi kelainan pada kaki maka aktivitas kita sehari-hari akan terhambat. Terhambatnya aktivitas ini sering dikarenakan karena rasa nyeri pada tumit yang datang secara tiba-tiba.

Gejala nyeri ini terutamanya sering disebabkan oleh “plantar fascitis” yaitu suatu peradangan pada plantar fascia (telapak kaki) atau dapat disebabkan karena saraf terjepit. Terjadinya trauma benda keras dapat juga menjadi penyebab penyakit ini.

Plantar fascia merupakan struktur mirip jaringan fibrous, yang terentang dari tulang tumit hingga tulang jari kaki, yang berfungsi sebagai penyangga bagian lengkung kaki agar bagian tersebut tidak lunglai.

Kelainan ini dapat mennyerang satu kaki, tetapi juga dapat menyerang dua kaki, nyeri ini dimulai pada tulang tumit. Pada keadaan kronis dapat mengakibatkan gangguan pada kaki, lutut, pinggul dan punggung.

II.        DEFINISI

“Plantar” adalah telapak kaki.

“Fascia” adalah jaringan pita yang sangat tebal (fibrosa) yang membentang dibawah kulit dan membentuk pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh.

“itis” adalah peradangan.

Plantar Fascitis adalah penyakit yang mengenai sistem muskulus skeletal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

    • Umur
    • Berat badan
    • Aktivtas

    Sedangkan bentuk manifestasinya adalah tumbuhnya tulang pada daerah calcaneus.

    III.      EPIDEMIOLOGI

    Plantar Fascitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Pada usia-usia ini lebih beresiko untuk terjadinya Plantar Fascitis oleh karena fakto-fakto seperti pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan, diabetes militus, aktivitas fisik yang berlebihan seperti pada atlit, penggunaan sepatu yang kurang tepat.

    Plantar Fascitis juga bisa tejadi pada pria maupun wanita, namun frekwensi yang besar terjadi adalah pada wanita umur 40-60 tahun. Hal ini disebabkan karena fakto-faktor seperti obesitas, hormon, dan kehamilan.

    IV.  PENYEBAB

    Pada waktu kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke plantar fascia. Sehingga ligamen plantar fascia tertarikketika kaki melangkah. Apabila kaki berada dalam posisi baik maka tegangan yang ada tidak menyebabkan masalah, tetapi apabila kaki berada pada posisi yang salah atau adanya tekanan yang berlebih maka plantar fascia akan tertarik secara berlebihan, menjadi tegang dan terasa sakit ringan yang akhirnya inflamasi (plantar fascitis). Tegang yang berulang juga dapat menyebabkan nyeri ringan dan inflamasi dalam ligamen.

    Kondisi atau aktivitas yang dapat menyebabkan plantar fascitis:

    1.  Faktor biomekanik seperti pronasi atau memutar telapak kaki sehingga tidak normal, telapak kaki yang sangat melengkung, telapak kaki yang datar, otot calf erat, tendon achilles erat. Pada kaki yang pronasi secara berlebihan akan menarik plantar fascia. Telapak kaki yang sangat melengkung mempunyai plantar fascia yang pendek dibanding normal. Jika ada suatu tarikan atau tekanan yang berlebihan maka juga akan menyebabkan plantar fascitis.

    2.  Aktivitas atau tekanan pada kaki dapat menegangkan ligamen, seperti aktivitas yang menuntut untuk berjalan, berdiri atau melompat diatas permukaan yang keras dan dalam waktu yang cukup lama.

    3.  Obesitas atau kelebihan berat badan dapat membuat tumit menahan tekanan yang lebih besar dari berat badan ketika kita berjalan. Hal ini menyebabkan plantar fascitis karena tumit mudah rusak.

    4. Kehamilan dapat menambah berat badan dan merubah hormon yang dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat memicu terjadinya plantar fascitis.

    5. Proses penuaan (usia lanjut) menyebabkan kelenturan plantar fascia semakin berkurang. Diabetes Melitus juga salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan plantar fascia dan sakit tumit pada orang tua.

    6.   Penggunaan sepatu yang sempit atau kurang tepat.

    7.   Trauma kecelakaan pada kaki kadang menyebabkan plantar fascitis.

    V. GAMBAR ANATOMI



    VI.  ANAMNESA

    Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.

    Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa memicu timbulnya keluhan ini.

    Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada.

    Rasa nyeri ini bisa berlangsung beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

    Pemeriksaan palpasi


    Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti pada gambar diatas).

    Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan pasien ini menderita plantar fascitis.

    Pemeriksaan inspeksi

    Apabila plantar fascitis ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).

    Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan (jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar diatas).

    VI.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

    A. Foto Rotgen

    Foto rotgen ini awalnya  untuk memastikan ada tidaknya  Calcaneous spur. Pada penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua kali dari normal.

    B. Bone Scan

    Pada pemerikasaan ini dapat dilihat adanya peningkatan aliran darah pada perlekatan pada fascia dengan tumit.Terutama apabila penderita merasakan nyeri yang sangat hebat.

    Apabila hasilnya positif : Apabila hasilnya negative :

    – Stress fraktur                                                                        – Kerusakan saraf

    – Infeksi luka  bedah                                                             – Plantar fascitis

    Jadi pada penderita plantar fascitis tidak terjadi peningkatan aliran darah pada perlekatan fascia dengan tumit.

    C. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

    Pada pemeriksaan ini dapat dilihat adanya plantar fascitis dengan calcaneus spur.

    D. Diagnosa Banding

    • Calcaneous fracture ( stress atau traumanitis )
    • Tarsal turner syndrome
    • Ankylosing spandylitis
    • Plantar fascia rupture
    • Infeksi
    • Tumor
    • Dan kondisi lainnya yang dapat menyebabkan nyeri kulit.

    VII.  PENGOBATAN

    A.  Obat

    Apabila terapi kurang dapat memberikan hasil, untuk mengurangi rasa nyeri, maka diberikan:

    1. NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drugs )

    Ex. Ibuprofen ( advil, motrin )

    Untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri dengan menurunkan sintesa prostaglandin digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesik, diberikan per oral. Pengobatan ini cara yang paling baik dan aman.

    2. Suntikan 25 mg Cortison acetat (IV)

    Suntikan 25 mg cortison acetat (IV) di insersio paponeurosis plantaris pada os. calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial os. calcaneus.

    Suntikan yang terlalu banyak dapat melemahkan serta merusak plantar fascia serta menyusutkan bantalan lemak di sekeliling tumit.

    3. Methylprednisolon topical

    Menurunkan peradangan dengan menekan migrasi dari sel PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler.

    Obat ini dapat menyebabkan ruptur dan atropi dari lapisan lemak dari plantar fascia.

    4. NSAID lain

    Contohnya Aspirin. Menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya peradangan selanjutnya.

    B.  FISIOTERAPI

    Terapi dalam hal ini sangat dianjurkan karena biasanya dengan terapi rasa nyeri serta peradangan perlahan-lahan berkurang.

    Terapi yang dapat dilakukan adalah :

    a.         Terapi Panas

    Dapat mengurangi kekakuan plantar fascia dan mengurangi nyeri tumit dengan

    sangat simple

    b.         Kompres Es

    Tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan robekan dan mengurangi peradangan sekaligus mencegah kambuh kembali. Kompres dengan es dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga bisa mempercepat penyembuhan dan memperbaiki aliran darah. Lakukan 20 menit 3 kali sehari setelah melakukan kegiatan.

    c.         Peregangan dan Pemanasan

    Bertujuan untuk merenggangkan tendon achilles dengan plantar fascia serta mengoreksi factor-faktor fungsional yang beresiko dengan kekencangan dari kompleks gastrosoleus dan kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki.

    d.         Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)

    ESWT adalah gelombang suara yang dikirim kepada jaringan yang meradang untuk memisahkan jaringan dari radang sehingga merangsang jaringan ini untuk memperbaiki daerah yang luka dan mengurangi rasa sakit. Terapi ini tidak boleh untuk anak-anak dan wanita hamil.

    e.          Istirahat

    .

    Latihan

    1. Latihan Wall Stretches.

    Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.

    2. Latihan Peregangan dengan Counter Top.

    Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.

    3. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.

    Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur atau  setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia semakin mengencang.

    4. Latihan-latihan tambahan.

    Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).

    Catatan:

    Peregangan dengan latihan-latihan diatas ternyata berhasil untuk 83% penderita plantar fascia pada suatu studi.

    Alat Bantu

    Alat bantu untuk Plantar Fascitis dapat berupa :

    • Arch support dan orthotics

    Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat dibantu dengan Arch support dan orthotics yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.

    • Night splints (Bidai malam)

    Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang memendek. A Night dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.

    • Silicon heel cushions

    Alat bantu berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang ditengahnya. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada tumit kaki.

    • ProStretch dan Foot Flex

    Alat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada plantar fascia dan tendon achilles ketika berjalan atau berlari.

    C.  OPERASI

    Pada penderita Plantar Fascitis tidak dapat di operasi karena dapat merusak perlekatan Muskulus Gastronemius dengan calcaneus .

    D.  LARANGAN

    1. Penggunaan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa mendukung bagian tengah telapak dan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua.
    2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu tumit datar   justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat adalah sepatu bertumit rendah.
    3. Aktivitas yang berlebihan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut.
    4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam sehari
    5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan      berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini bisa membangun cairan  dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini  menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan.
    6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban pada tumit contohnya seperti  berjalan, jogging, berlari atau melompat.

    E.  SARAN YANG HARUS DIKERJAKAN

    1. Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang.
    2. Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau kegemukan.
    3. Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan fleksibelitas plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa latihan peregangan diantaranya adalah :

    Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk

    Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan

    Meregangkan betis dan tumit pada lantai

    1. Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan kaki ditaruh  di lantai
    2. Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan mendukung bagian tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang baik dan berkualitas untuk berjalan dan berlari.
    3. Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki
    4. Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat
    5. Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau aktivitas yang berat.

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Sidharta Priguna, M.D.,Ph.D.(1999).Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.Dian Rakyat.Jakarta.

    S.Snell, Richard.(1998).Anatomi Klinik.EGC.Jakarta

    http://www.emedicine.com/

    http://www. ortoinfo.com/

    http://www. footcaredirect.com/

    http://www.heelspurs.com/

    http://www.newpodiatry.com/

    Comments (2)

    Low Back Pain (LBP)


    PENDAHULUAN


    Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar  penderita. Sakit pinggang merupakan keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud dengan istilah sakit pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak didaerah lumbal berikut sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain (LBP).

    Penyebab LBP bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Mengingat tingginya angka kejadian LBP, maka tidaklah bijaksana untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yang mendalam secara rutin pada tiap penderita. Hal ini akan memakan waktu yang lama, dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dan dibantu oleh pemeriksaan laboratorium yang terarah, maka penyebab LBP dapat ditegakan pada sebagian terbesar penderita

    Untuk lebih mendalami tentang low back pain, sejenak perlu diketahui dahulu fungsi dari tulang belakang. Tulang belakang merupakan daerah penyokong terbanyak dalam fungsi tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti:

    1. memperhatikan posisi tegak tubuh

    2. menyangga berat badan

    3. fungsi pergerakan tubuh

    4. pelindung jaringan tubuh

    Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah.

    Pada makalah ini pengertian nyeri pinggang bawah digunakan untuk menjelaskan gejala nyeri yang terlokalisir didaerah lumbal atau nyeri yang menjalar ke tungkai atau kaki dengan menyingkirkan penyebab nyeri lain yang spesifik.

    DEFINISI


    Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.

    Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :

    A. Acute low back pain

    Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

    B. Chronic low back pain

    Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

    Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :

    1. Trauma
    2. Infeksi
    3. Neoplasma
    4. Degenerasi
    5. Kongenital

    EPIDEMIOLOGI


    Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.

    Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.

    Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

    ANATOMI


    Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar pelvis,  abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.

    Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :

    1. Vertebrae cervicales                7 buah

    2. Vertebrae thoracalis                 12 buah

    3. Vertebrae lumbales                  5 buah

    4. Vertebrae sacrales                   5 buah

    5. Vertebrae coccygeus               4-5 buah

    Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.

    Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :

    1. Musculus trapezius

    2. Muskulus latissimus dorsi

    3. Muskulus rhomboideus mayor

    4. Muskulus rhomboideus minor

    5. Muskulus levator scapulae

    6. Muskulus serratus posterior superior

    7. Muskulus serratus posterior inferior

    8. Muskulus sacrospinalis

    9. Muskulus erector spinae

    10. Muskulus transversospinalis

    11. Muskulus interspinalis

    Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back pain.

    1

    2

    3

    4


    PENYEBAB


    Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya dapat disebut :

    1)      KELAINAN KONGENITAL

    Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :

    a)      Spondilolisis dan spondilolistesis

    Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu     ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.

    Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.

    Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

    Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.

    b)      Spina Bifida

    Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.

    Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.

    Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.

    c)      Stenosis kanalis vertebralis

    Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.

    Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

    d)      Spondylosis lumbal

    Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

    e)      Spondylitis.

    Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang.

    2)      TRAUMA DAN GANGGUAN MEKANIS

    Trauma dan gngguan mekanis merupakan penyebab utam nyeri pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis.

    Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak ditemukan pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.

    Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri pinggang.

    Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension headache maka nyeri pinggang semacam ini dapat dinamakan “tension backache”.

    Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri pinggang, yang timbul karena adanya anggapan yang salah yaitu bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.

    3. RADANG ( INFLAMASI )

    Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

    Penyakit Marie-Strumpell

    Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan

    ( stiffness ) dan kelainan ini bersifat progresif.

    4. TUMOR ( NEOPLASMA )

    Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan

    5. GANGGUAN METABOLIK

    Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri   pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh gangguan hormonal (menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur kompresi    atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps korpus vertebra.penderita         menjadi bongkok dan pendek denga nyeri difus di daerah pinggang.

    6.   PSIKIS

    Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang bawah.misalnya anksietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri,misalnya dikuduk atau di pinggang;rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan anksietas dan diikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.kelainan histeria,kadang-kadang juga mempunyai gejala nyeri pinggang bawah.

    FAKTOR RESIKO

    Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis.

    LOKASI

    Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.

    DIAGNOSA


    1. ANAMNESA

    Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan diagnosa Low Back Pain.

    1. Apakah terasa nyeri ?

    2. Dimana terasa nyeri ?

    3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?

    4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)

    5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?

    6. Adakah keluhan lain?

    7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?

    8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?

    9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?

    2. PEMERIKSAAN

    Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks

    1. Motorik.

    Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

    a. Berjalan dengan menggunakan tumit.

    b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

    c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

    2. Sensorik.

    a. Nyeri dalam otot.

    b. Rasa gerak.

    3.Refleks.

    Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui  lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

    4. Test-Test

    a. Test Lassegue

    Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )  didorong ke arah     muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

    5

    b. Test Patrick

    Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.

    6

    c. Test Kebalikan Patrick

    Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi           meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada            sumber nyeri di sakroiliaka.

    PENUNJANG

    FOTO

    1.Plain

    X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.

    7

    2. Myelografi

    Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

    8

    3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )

    CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

    MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.

    9

    4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )

    EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

    EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

    1. Adanya kerusakan pada saraf

    2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

    3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )

    4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

    5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

    Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

    PENGOBATAN


    Obat

    1.   Obat-obat analgesik

    Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :

    –         Analgetik narkotik

    Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin, dll.

    –         Analgetik antipiretik

    Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :

    a) Golongan salisilat

    Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin

    Dosis Aspirin :       Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

    Sebagai antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari

    Kontraindikasi :     Penderita tukak lambung

    Resiko terjadinya pendarahan

    Gangguan faal ginjal

    Hipersensitifitas

    Efek samping :       Gangguan saluran cerna

    Anemia defisiensi besi

    Serangan asma bronkial

    b) Golongan Paraaminofenol

    Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman untuk       menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

    Dosis terapi :         600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

    c) Golongan pirazolon

    Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.

    Dosis terapi :         0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari

    d) Golongan asam organik yang lain

    Derivat asam fenamat

    Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Na-    meclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat sehari yaitu 4×500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.

    Derivat asam propionat

    Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif   baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.

    Derifat asam asetat

    Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.

    Derifat Oksikam

    Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali sehari.

    Fisioterapi

    a. Terapi Panas

    Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).

    b. Elektro Stimulus

    –  Acupunture

    Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini  tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi.

    –  Ultra Sound

    Untuk menghangatkan

    10

    –    Radiofrequency Lesioning

    Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf

    –    Spinal Endoscopy

    Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.

    –    Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)

    –    Elektro Thermal Disc Decompression

    –    Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )

    Menggunakan alat dengan tegangan kecil.

    c. Traction

    Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.

    11

    d. Pemijatan atau massage

    Dengan   terapi  ini   bisa  menghangatkan,   merileksi  otot  belakang   dan   melancarkan

    perdarahan.

    Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :

    a. Lying supine hamstring stretch

    12


    b. Knee to chest stretch

    13

    14


    c. Pelvic Tilt

    15

    16


    d. Sitting leg stretch

    17

    18


    e. Hip and quadriceps stretch

    19


    e. Alat Bantu

    1. Back corsets.

    Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low Back Pain  yang dapat membungkus punggung dan perut.

    20

    2. Tongkat Jalan


    Operasi

    Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang dinagkat dari vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau potongan yang menindih saraf.

    Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya. Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat yang lain.

    Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.

    Larangan

    a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.

    b. Membawa beban yang berat.

    c. Duduk terlalu lama.

    d. Memakai sepatu hak tinggi.

    e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.

    f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan                   kasur yang terlalu empuk.

    Anjuran

    a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.

    b. Duduk tegak 90 derajat.

    c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.

    d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai                    atau apa saja yang mnurut anda nyaman.

    e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika                            tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.

    f. Hindari berat badan yang berlebihan.

    g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas   supaya sudut ferguson tidak terlalu besar ( sudut ferguson adalah sudut kemiringan sakrum dengan garis horisontal )

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta.  Fakultas . Kedokteran Universitas Indonesia. 1983

    Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004
    Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

    www.eorthopod.com

    www.backpainforum.com

    www.hughston.com

    www.healthcare.uiowa.edu

    http://www.emedicine.com

    Comments (7)

    Hernia Nukleus Pulposus (H. N. P )

    I.             PENDAHULUAN


    Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal sebagai ‘loro boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk(sholat,mencangkul).

    Penderita mayoritas melakukan suatu aktivitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.Aktivita ini banyak dilakukan oleh para pekerja bangunan, pembantu rumah tangga, olahragawan angkat besi, kuli pelabuhan, dll.

    II.          DEFINISI


    HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu : keluarnya nucleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menakan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan.

    hnp1

    III.    EPIDEMIOLOGI


    1.   HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada

    decade ke-4 dan ke-5.

    2.   Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang

    banyak membungkuk dan mengangkat.

    3.   Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih

    kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi

    kearah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.

    IV.    PENYEBAB


    Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP

    1.   Aliran darah ke discus berkurang

    2.   Beban berat

    3.   Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

    Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralismenekan radiks.

    V.     ANATOMI


    Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.

    Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :

    hnp2

    –     Cervicales (7)

    –         Thoracicae (12)

    –         Lumbales (5)

    –         Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)

    –         Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

    Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.

    Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.

    hnp3

    Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

    Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate), nucleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.

    Dengan bertambahnya usia, kadar air nucleus pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus.

    Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.

    hnp4

    hnp5

    Gambar . Diagram yang menunjukkan herniasi discus intervertebralis

    ke arah postero-lateral dan menekan akar  saraf spinal.

    hnp6

    hnp7



    VI.       DIAGNOSA

    a.      Anamnesa

    Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai

    dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian atas).

    Dikarenakan mengikuti jalannya N. Ischiadicus yang mempersarafi kaki

    bagian belakang.

    1.         Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,

    kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).

    2.         Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat

    barang berat.

    3.         Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1

    (garis antara dua krista iliaka).

    4.         Nyeri Spontan

    Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri

    bertambah hebat.Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau

    hilang.

    hnp8

    b.      Pemeriksaan

    • Motoris

    –         Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.

    –         Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.

    • Sensoris

    –         Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.

    –          Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.

    §         Tes-tes Khusus


    1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)

    Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.

    2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari kaki (L5).

    3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).

    Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit

    Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki

    4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi untuk segera operasi.

    5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perincum, juga merupakan indikasi untuk operasi.

    6. Tes kernique

    hnp9

    §         Tes Refleks


    –         Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara  L5    –   S1 terkena.

    c. Penunjang


    • Laborat

    –         Darah

    Tidak spesifik

    –         Urine

    Tidak spesifik

    –         Liquor Serebrospinalis

    Biasanya normal. Jika terjadi blok akan didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.

    • Foto

    –         Foto X-ray tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.

    –         Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.

    –         CT scan untuk melihat lokasi HNP

    –         MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

    ▪     EMG

    Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer

    hnp10

    hnp11

    Foto X-ray Tulang Belakang

    VII.     PENGOBATAN


    Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.

    a. Obat

    Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma (seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan (MIS : fentanyl)

    Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada NSAID’S, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika nyeri tidak teratasi oleh NSAID’S). untuk orang yang tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan. Dan disertai program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.

    • D-tubokurarin klorida
    • Metokurin yodida
    • Galamin trietyodida
    • Suksinilkolin klorida
    • Dekametonium

    Derajat relaksasi otot dapat diatur dengan kecepatan infus

    • Transkuilizer

    b. Fisioterapi

    • Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
    • Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
    • Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
    • Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan neurologis, indikasi operasi.
    • Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
    • Fleksi lumbal
    • Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
    • Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa hari atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan.

    hnp12

    c. Operasi

    Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah yang harus diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio ekonomi yang ikut menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi penderita. Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena persoalan gaji dan cuti sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin daripada terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah saraf dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana mielografi tidak dapat meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.

    Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah.

    Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).

    Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray dan chemonucleosis.

    Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.

    Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.

    hnp13

    d.   Larangan

    • Peregangan yang mendadak pada punggung
    • Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.
    • Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.

    d. Saran yang harus dikerjakan

    • Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Orang sakit diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada sendi lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh posisi tempat tidur rumah sakit.
    • Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa orang sakit tidak boleh bangun untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
    • Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.
    • Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
    • Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara “pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
    • Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
    • Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika antirheumatika serta nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Snell, Richard S, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997, hal; 220;224;244-246.

    Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.

    Atlas Anatomi Manusia, Sobotta Jilid 2, EGC, Jakarta 2000, hal;24.

    Chandra, B, Neurologi Klinik, FK Unair, Surabaya, hal;178.

    Http://www.choirogeek.com/001_Tutorial Birth of HNP.htm

    Http://www.driho.com/lumbar_disc_surgery.htm

    Http://health.allrefer.com/health/herniated-nucleus-pulposus-slipped-disk-prognosis.htm

    Tinggalkan sebuah Komentar

    IMMOBILISASI LAMA

    I. PENDAHULUAN


    Semakin bertambahnya usia manusia dapat menimbulkan beberapa penyakit degenerasi, seperti mengalami gangguan pergerakan. Berbagai penyakit kronik yang diderita orang tua, membuat mereka menjadi IMMOBILE yaitu suatu keadaan tidak dapat bergerak yang dikarenakan akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kondisi berbaring lama. Jadi bisa dikatakan bahwa immobilitas secara garis besar merupakan sindrom kemunduran fisiologis yang disebabkan oleh:

    • penurunan aktivitas
    • ketidakberdayaan

    Adapun dampak yang disebabkan karena immobilisasi adalah :

    1. Timbulnya berbagai penyakit, contohnya :
    • Otot menjadi kisut (atrofi)
    • Sendi kaku
    • Infeksi saluran nafas
    • Infeksi saluran kencing dan sembelit
    • Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan akibat tirah baring  lama

    2.Ketergantungan kepada orang lain

    3. Rendahnya kualitas hidup
    4. Kematian

    II. DEFINISI


    Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat / organ tubuh (impaitment) yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis.

    Didalam praktek medis imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan.

    III. EPIDEMIOLOGI


    Immobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi pada orang – orang lanjut usia (lansia), pasca operasi yang membutuhkan tirah baring lama.

    Dampak imobilisasi lama terutama Dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, Perawatan Emboli Paru berkisar 0,9%,dimana tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya.

    IV. PENYEBAB


    Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional sistem tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa imobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh salah satu dari yang disebutkan dibawah ini:

    1.  Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang (fraktur) tentu akan menghambat pergerakan.

    2.  Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.

    3.  Penyakit jantung dan pernapasan penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ – organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.

    4.  Gips ortopedik dan bidai.

    5.  Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.

    6.  Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau berbaring.

    7.  Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun tanpa melawan gaya gravitasi.

    V. GAMBARAN ANATOMI

    1

    2


    VI. DIAGNOSA


    1. TULANG & SENDI

    A. Anatomi

    3

    Sendi adalah tempat dimana dua tulang saling berhubungan,baik terjadi pergerakan atau tidak.

    Stabilitas sendi tergantung pada :

    1. Bentuk, ukuran & susunan permukaan sendi
    2. Ligamentum
    3. Tonus otot yang terletak disekitar sendi

    Daya ekstensibilitas dari jaringan kendor yang berada di seputar sendi, jika tidak digerakkan akan menurun sehingga menyebabkan kekakuan yang mengakibatkan kontraktur.

    B.Anamnesa

    I.         Nyeri pada tulang dan sendi.
    II.         Kaku / susah digerakkan.
    III.         Nyeri leher.
    IV.         Arthritis pasca trauma.
    V.         Osteoporosis.

    C.Pemeriksaan Fisik

    Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera pasien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang.

    4

    D.Pemeriksaan Penunjang

    • Pemeriksaan Radiologis

    Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang servikal pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat. Radiograf yang diambil di UGD kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga adanya cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk tampilan oblik bila perlu, serta (pada daerah servikal) dengan leher pada fleksi serta ekstensi bila diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero – posterior.

    • Pemeriksaan Mielografi atau MRI

    2. SARAF

    A. Anatomi

    5

    B. Anamnesa

    1)   Daya hantar saraf menurun.

    2)   Koordinasi terganggu.

    3)   Aktivitas terganggu.

    C. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan imobilisasi/keterbatsan aktifitas dapat merubah input sensoris. Hal ini akan mengakibatkan gangguan koordinasi pada intelektual dan kemampuan aktifitas motorik sehingga emosi terganggu.

    Contohnya pada penderita yang melakukan istirahat total di tempat tidur tanpa melakukan kegiatan apapun sehingga mengakibatkan pasien tersebut  mengeluh timbul rasa tidak nyaman, tegang, mudah marah. Selain itu hilangnya nafsu makan dan menolak terapi,sehingga akan nampak hilangnya inisiatif,agresifitas untuk menuju kesembuhan. Dapat juga dilihat pada saat penderita mengambil bolpoint, penderita mengalami kesulitan ( kecepatan hantar saraf turun ).

    D. Pemeriksaan Penunjang

    1. CT Scan
    2. EEG (Electro Encephalo Grafi)

    3. SISTEM KARDIOVASKULAR


    A. Anatomi

    6

    Efek immobilisasi meliputi: peningkatan tonus simpatikus (status adrenergik), peningkatan denyut jantung, penurunan efisiensi jantung.

    Mengakibatkan pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri.Kesulitan dalam mencapai posisi tegak mengganggu aktivitas fungsional.

    Salah satu resikonya flebotrombosis dan infark miocard akut.

    B. Anamnesa

    1. Pusing atau pingsan bila mencoba untuk berdiri (tegak).
    2. Mudah lelah

    C. Pemeriksaan FIsik

    Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi.

    D. Pemeriksaan Penunjang

    • Laboratorium darah

    Kurangnya bergerak juga dapat menyebabkan aliran darah di extremitas bawah tidak lancar (stasis) yang mengganggu faktor – faktor pembekuan pada endotel pembuluh darah. Bila faktor pembekuan terganggu maka akan timbul bekuan darah (trombus) di katub – katub vena extremitas bawah,

    • Foto rontgen

    4.TRACTUS RESPIRATORIUS

    A. Anatomi


    Hidung> faring > laring >trachea > bronchus> bronkiolus>alveolus

    7

    Fungsi jalan pernapasan :

    1. 1.Udara dihangatkan  oleh permukaan konka dan septum à udara dilembabkan dalam jumlah besar sebelum melewati hidung à udara disaring oleh rambut dan jauh lebih banyak oleh prestisipasi partikel diatas konka. Disebut : ” Fungsi air conditioning ” jalan nafas atas
    2. Reflek batuk. Merupakan jalan agar paru bebas dari benda asing.
    3. Membersihkan saluran pernapasan terutama silia
    4. Vokalisasi

    B. Anamnesa

    1. Sekret susah keluar
    2. Sesak nafas

    C. Pemeriksaan Fisik

    Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi

    8

    9

    10

    5.  KULIT

    11

    A. Anamnesa

    1. Atrofi kulit

    2. Ulkus tekan/ulkus dekubitus

    Temperatur meningkat di daerah pembuluh darah yang tertekan sehingga tekanan hidrostatiknya meningkat tekanan hidrostatik normal pembuluh darah maka pembuluh darah akan menyempit sehingga daerah daerah tertentu akan kekurangan vaskularisasi,hal ini dapat menyebabkan nekrosis.

    B. Pemeriksaan Fisik

    Kulit yang anestetik pada pasien paraplegik menyebabkan sakrum,trochanter major dan tumit cepat menjadi merah dan ulserasi bila perawatan terlantar.

    C. Pemeriksaan Penunjang

    • Laboratorium:

    a)    Tes kadar albumin

    b)   Tes hemoglobin

    6. MUSCULOSCELETAL


    A. Anatomi

    12


    B. Pemeriksaan Fisik

    Atrofi otot menyebabkan kekuatan otot menurun sehingga aktivitas terganggu.

    7. TRAKTUS URINARIUS

    A. Anatomi

    13

    B. Anamnesa

    1. Sisa urine

    Karena posisi baring pasien ini tidak dapat mengosongkan kandung    kemih secara sempurna.

    Infeksi Saluran Kemih

    Diakibatkan karena keadaan stagnasi urine maupun karena batu saluran kencing.

    2. Batu Saluran Kencing

    Karena factor osteoporosis dan diet yang tinggi kalsium maka mengakibatkan hiperkalsiuria.

    8. TRAKTUS DIGESTIVUS

    A. Anatomi

    14


    B. Anamnesa

    1. Konstipasi

    VI. TERAPI

    1. TULANG
    A. Obat

    • · Meningkatkan pembentukan tulang: Na – Florida, steroid anabolic.
    • Menghambat resorbsi tulang: kalsium, estrogen, kalsitonin, difosfonat.
    • Diet tinggi kalsium (1.000 mg/hari).

    B. Fisioterapi

    • Berlatih berjalan dengan alat bantu / alat penyangga.
    • Latihan teratur setiap hari, menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya (Range of Motion = ROM).

    C. Operasi

    Fusi secara bedah melintas garis fraktur dapat dilakukan. Pada tulang belakang servikal operasi dilakukan baik dari depan maupun belakang. Pada daerah toraks tulang belakang difiksasi dengan pelat metal dan tandur tulang yang menyatukan lamina dengan proses spinosus berdekatan.

    D. Larangan

    Hindari diet tinggi protein, kopi, alkohol, merokok, antasida aluminium.

    E. Saran

    Ranjang khusus, rangka, atau selubung plester dengan pasien dapat dirawat untuk waktu yang lama dengan mempertahankan posisi yang telah direduksi bahkan saat membalik untuk memandikan atau merawat kulit.

    2. SARAF

    A. Obat

    Minum vitamin B1, B2, B12.

    B. Fisioterapi

    Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas cedera lain yang menyertai, dan mencegah serta mengobati komplikasi serta sekuele kerusakan neural.

    Terapinya yang penting adalah dengan menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya supaya merangsang aktivitas saraf.

    C. Operasi

    Bila diperlukan operasi, dekompresi kanal spinal dilakukan pada saat yang sama.

    D. Larangan

    • Hindari hilangnya sensasi.
    • Hindari stress: perasaan tertekan, depresi.
    • Bekerja yang terlalu keras.

    E. Saran

    • Menggunakan terapi musik.
      • Ø Mintalah terapi rekreasi untuk integrasi psikososial, resosialisasi, dan penyesuaian terhadap fungsi mandiri.
      • Ø Berikan semangat pasien untuk berinteraksi dengan staf, pasien lain dan anggota keluarga.
      • Ø Segera lakukan operasi bila keadaan pasien memburuk untuk menghindari kelumpuhan.

    3. SISTEM KARDIOVASKULAR

    A. Obat

    • Antikoagulan: heparin, wasfarin.
    • Antitrombosis: aspirin, ticlopidin, dipiridamol, sulfin pirazon.
    • Trombolitik: streptokinase, urokinase, anistreplase.

    B. Fisioterapi

    • Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi kerja jantung yang optimal dan menyingkirkan adanya gangguan kerja jantung yang normal.
    • Melatih terutama otot ekstremitas.

    C. Larangan

    • Hindari diet tinggi lemak dan kolesterol.
    • Hindari stress.
    • Bekerja terlalu berat
    • Hindari Kelelahan

    D. Saran yang harus dikerjakan

    • Plantar / dorso fleksi
    • Aktivitas.
    • Berdiri .

    4. TRACTUS RESPIRATORIUS

    A. Obat

    • Bronkodilator: teofilin, agonis B2, prednisone, atropine, kromolin.
    • Mukolitik: bromheksin, ambroksol, asetil sistein.
    • Ekspektorat: aluminium klorida, gliseril gualakolat, kalium yodida.
    • Kortikosteroid.

    B. Fisioterapi

    • Latihan pernafasan (mengambil nafas dalam – dalam).
      • Ø Pembalikan tubuh berulang, perangsangan batuk, pernafasan dalam, Spirometri insentif, dan pernafasan bertekanan positif yang sinambung dengan masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru-paru atau kapasitas residual fungsional.
      • Ø Tracheostomi dilakukan bila pasien tak mungkin dilepaskan dari ventilator.
      • Ø Perkusi dilakukan dengan tujuan melepaskan sekret di dinding saluran napas.

    C. Larangan

    • Hindari ruangan berasap (polusi udara).
    • Hindari merokok.
    • Hindari alkohol.

    D. Saran yang harus dikerjakan

    • Gunakan pakaian yang longgar.
    • Sediakan O2 linhaler (untu mengatasi sesak nafas).
    • Rekreasi ke alam terbuka bebas polusi.

    5. KULIT

    A. Obat

    Bila timbul luka diberi antiseptik.

    B. Fisioterapi

    • Perubahan posisi badan setiap 2 jam.
    • Latihan gerak sendi – sendi tubuh secara teratur

    C. Larangan

    • Ø Jangan tidur atau berbaring terlalu lama.
    • Jangan biarkan kulit menjadi basah karena keringat,lembab atau kencing.

    D. Saran

    Menghindari melebarnya luka dengan menutup bagian yang luka terutama pada bagian yang tertekan saat berbaring.

    6. MUSCULOSCELETAL

    A. Terapi

    – Latihan teratur setiap hari,menggerakkan ekstremitas dan anggota tubuh lainnya -,ROM ( Range of Motion )

    – Latihan penguatan (stretching )

    B. Larangan

    Mengangkat beban terlalu berat.

    C. Saran

    Sama dengan terapi

    TRAKTUS URINARIUS

    Pencegahan dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya keadaan patologi pada system urinarius yang terjadi akibat imobilisasi lama, adalah dengan cara:

    1. Mobilisasi sedini mungkin, paling tidak pasien sering didudukkan, mengubah posisi vesika urinaria
    2. Banyak minum sekitar 3 liter (8-12gelas) dalam sehari
      1. Pantaulah pasien dengan cermat dan rutin terhadap adanya tanda dan gejala hiperkalsemia, ISK, dan terapi secara adekuat.
    3. Supaya tidak retensi urine dipasang kateter.

    8. TRAKTUS DIGESTIVUS

    Sesegera mungkin melakukan aktivitas maksimal, memberikan dorongan semangat untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan, pendekatan dokter, terapi dan perawat.

    Saran:

    1. Makan banyak buah-buahan,sayur-sayuran.

    TERAPI UMUM IMOBILISASI LAMA

    15

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Ganong, F. William Buku ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit: EGC, 1998.

    Dasar – Dasar Terapi Dan Rehabilitasi Fisik, Susan J. Garrison.

    Neurologi Klinik Dasar, Prof. DR. Mahaar Mardjono Dan Prof. DR. Priguna Sidharta.

    Neurologi Klinik, Prof. Dr. dr. S.M. Lumantobing.

    Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Medik, RSUD Dr. Soetomo / FK Unair Sby, 1992

    http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062002/war-2.htm

    http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/093/kes1.htm

    http://www.amsar.com/smu-indo/bahasa/images/5-2.jpg

    http://web.indstate.edu/ehcme/psp/elabs/radiology/chf-xtray.jpg

    http://yogapoint.com/iamges/brain4.jpg

    http://www.medused.com/iamges/inventory-picture/41619-02.jpg

    Tinggalkan sebuah Komentar

    CVA (Cerebrovaskular Accident)

    PENDAHULUAN


    Berbagai masalah kesehatan masyarakat bermunculan akhir-akhir ini. Salah satunya adalah penyakit yang timbul akibat lesi vaskuler di susunan saraf yang merupakan penyebab utama cacat menahun pada orang yang menderita penyakit ini.. Lesi vaskuler ini bisa terjadi di otak, batang otak dan di medulla spinalis.

    Istilah CVA (Cerebrovaskular Accident) yang masih dipakai saat ini kurang tepat, karena sebenarnya kejadian defek ini bukan suatu accident (kecelakaan atau secara kebetulan) tapi gejala-gejala dirinya sudah dirasakan jauh sebelum terjadi serangan, dimana gejala-gejala tersebut masih sangat ringan. biasanya diabaikan begitu saja, dan tahu-tahu sudah terjadi serangan stroke. Jadi istilah yang lebih tepat adalah Cerebrovascular Disease (CVD) bukan CVA.

    Pada umumnya, penyakit vaskular yang mendasari terjadinya stroke terbagi dalam dua kelompok berbasis, yaitu penyakit vaskular utama yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah adalah aterosklerosis dan arteriosklerosis. Sedangkan penyakit vaskuler lainnya adalah endarteritis reumatik dan sifilitik, periarteritis nodosa dan lupus eritematosus diseminata.

    . Secara garis besar, penderita pasca stroke membutuhkan tidak hanya fisioterapi tapi juga psikoterapi, mengingat kondisi kejiwaan mereka setelah mendapat “pukulan berat” akibat serangan stroke tersebut.


    DEFINISI


    Kata “stroke” didefinisikan sebagai suatu sindroma akibat lesi vaskuler regional di Sistem Saraf Pusat (SSP) yang terjadi secara tiba-tiba dengan progresi cepat, dan dapat mengakibatkan adanya defisit neurologis lokal ataupun global sehingga terjadi kelumpuhan ataupun kematian pada penderita. Kalau lesi tersebut terjadi karena ada penyumbatan arteri, maka infark yang terjadi disebut “infark iskemik”, sedangkan kalau terjadi karena pecahnya arteri maka disebut “infark hemoragik”.

    Adapun manifestasinya adalah defisit neurologik yang dapat berupa :

    1. Hemiparesis

    2. Hemiparestesia

    3. Hemiparesis dan Hemiparestesia

    4. Displegia

    5. Aphasia atau disphasia sensorik

    6. Hemiparesis dengan aphasia/ disphasia sensorik atau motorik

    7. Hemiparesis dengan hemianopia

    8. Hemiparesis alternans.


    EPIDEMIOLOGI

    Golongan orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena stroke adalah golongan orang berumur 40 tahun ke atas dengan hypertensi yang umumnya hidup di daerah perkotaan yang dihadapkan dengan pola hidup modern yang cenderung kurang sehat.Di Negara Amerika stroke merupakan penyebab kematian utama yang ke tiga,sedangkan pada Negara lain stroke merupakan penyebab kematian yang ke dua, di Indonesia khususnya di Surabaya menurut Budiarto G pada tahun 2002 di laporkan sedikitnya 1500 pasien stroke baru di lima rumah sakit (RS.Darmo, RS.Haji, RS.Adi Husada, RKZ dan RS.Dr.Soetomo). Pada golongan masyarakat ini biasanya memiliki elastisitas pembuluh darah yang tidak bagus, sehingga mudah untuk rupture atau pecah. Suasana kota yang tidak nyaman, suhu yang panas, pencemaran air, udara dan suara dan lain-lain merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya stress Selain umur yang berkorelasi positif dengan resiko stroke, Diabetes Millitus, keturunan, obat anti hamil, efek merokok dan penyakit jantung akan meningkatkan factor resiko sehingga sangat berhubungan dengan insidence stroke.


    PATOFISIOLOGI

    A. ANATOMI

    Tempat-tempat Arterosklerotik

    Tempat-tempat Arterosklerotik

    Tempat Sumbatan

    Tempat Sumbatan

    Daerah Suplay dari Arteri-arteri Cerebri

    Daerah Suplay dari Arteri-arteri Cerebri

    B. PENYEBAB / PREDISPOSISI / FAKTOR  RESIKO

    Adapun regulasi dan penyesuaian peredaran darah serebral dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor extrinsik dan intrinsik.

    1. Faktor Extrinsik, berupa :

    • Tekanan daerah sistemik

    • Kemampuan jantung untuk memompa daerah ke sirkulasi sistemik.

    • Kwalitas pembuluh darah kortico vertebral.

    • Kwalitas darah yang menentukan viskositasnya.

    1. Faktor Intrinsik, berupa :

    • Autoregulasi arteri cerebral

    • Faktor biokimiawi regional (konsentrasi asam laktat dan ion hidrogen)

    • Peran susunan saraf otonom (tapi hanya sedikit)

    Apabila proses normal tersebut terganggu, misalnya penurunan CBF regional, maka akibatnya adalah adanya suatu daerah otak yang tidak mendapatkan aliran darah yang mengangkut O2 dan glukose yang penting untuk metabolisme di otak. Daerah tersebut dinamakan “daerah iskemik”, dimana didapatkan :

    1. Tekanan perfusi yang rendah

    2. PO2 turun

    3. CO2 dan asam tertimbun

    Penurunan CBF bisa terjadi karena adanya arteri yang berperan untuk mensuplai darah ke daerah otak tersebut tersumbat atau pecah. Kalau lesi tersebut terjadi karena ada penyumbatan arteri, maka infark yang terjadi disebut “infark iskemik”, sedangkan kalau terjadi karena pecahnya arteri maka disebut “infark hemoragik”. Hal tersebut mendasari pembagian stroke menjadi dua tipe, yaitu :

    1. Stroke iskemik, yang dibedakan menjadi dua :

    1. Stroke trombotik, disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah atau thrombus. Atherosclerosis plaque dapat mempersempit pembuluh darah, sehingga membuat aliran darah lebih bergejolak dan mendorong terbentuknya bekuan darah atau thrombus.

    2. Stroke embolik, dimana penyumbatan disebabkan oleh suatu fragmen dari thrombus, yaitu embolus yang dapat masuk kedalam arteri-arteri yang lebih kecil di dalam otak. Seseorang dengan penyakit jantung akan lebih beresiko karena selalu embolus yang kurang dapat berfungsi dengan baik di jantung akan terbawa oleh aliran darah ke otak.

    1. Stroke Hemoragik

    Yaitu stroke dimana pembuluh vasculer yang mengalami arteriosklerotik pecah akibat tekanan intravaskuler yang tinggi, sehingga menyebabkan sering pendarahan.

    Dalam beberapa jam penderita dapat jatuh pada keadaan koma dan yang lebih parah bisa meninggal.

    FAKTOR RESIKO

    Adalah semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi stroke yang terdiri dari :

    1. Umur (lebih tua, lebih mungkin untuk mendapatkan stroke)

    2. Hipertensi

    3. Diabetes Mellitus

    4. Keturunan (untuk mengembangkan ateroma/ aterogenik)

    5. Penyakit jantung (stenosis/ insufistensi mitral, coronary heart disease, cogestive heart failure)

    6. Merokok

    7. Konsumsi obat anti hamil.

    LOKASI

    Lokasi yang sering terkena infark adalah daerah :

    • Batang otak

    • Sub cortical

    • Cortical


    PEMERIKSAAN FISIK

    A.  ANAMNESA

    Pokok manifestasi dari stroke adalah hemiparesis, hemiparestesia, aphasia, disartria dan hemianopia. Berikut ini adalah cara pengungkapan yang sering dikemukakan oleh orang yang menderita stroke atau keluarganya.

    • Ilustrasi. Gangguan gerakan / Hemiparesis :
    • Tulisan saya sekarang kelihatan tidak karuan
    • Rokok saya sering jatuh tanpa saya sadari

    • Kaki kanannya, sukar diatur dan karena itu jalannya kelihatan canggung.
    • Hemiparestesia hampir semuanya dikemukakan secara jelas

    • Aphasia atau disphasia motorik :
    • Dia tidak bisa bicara, tapi masih mengerti semuanya

    • Suaranya tidak jelas bicara apa dan sudah banyak yang lupa
    • Aphasia atau disphasia sensorik :
    • Bicaranya sudah tidak karuan, kata-katanya kurang jelas dan tidak punya arti.

    • Kalau diajak bicara, jawabannya yang aneh-aneh.

    • Disartria di ilustrasikan dengan kalimat :

    – Bicaranya pelo

    • Hemianopia diilustrasikan dengan kalimat :
    • Ketika saya melirik ke kiri, semuanya tampak gelap, tapi sekarang saya sudah bisa melihatnya
    • Sewaktu-waktu saya tidak bisa melihat meja kerja saya.

    INSPEKSI

    Dari pemeriksaan dan pengamatan secara klinis menemui penderita stroke, didapatkan bahwa ada beberapa kelainan, antara lain :

    1. Hemiparesis yang sudah jelas, dimana kelumpuhan sudah tidak diragukan lagi.

    2. Ketangkasan gerakan sudah tidak ada pada tangan / tangan serta tungkai atau kaki yang lumpuh.

    3. Ketangkasan gerakan yang berkurang bila penderita masih mempunyai tenaga yang cukup kuat.

    4. Gangguan motorik pasca stroke yaitu :

    • Sindroma parkinson berupa faices miopatika, bradikinesis sampai akinesis, rigiditas, tremor

    • Marche a petit pas yaitu berjalan dengan langkah kecil-kecil

    1. Adanya gangguan miksi dan defeksi berupa inkontinensia urine / alvi dan retensia urine.

    PALPASI

    • Motorik

    1. Pemeriksaan ketangkasan gerakan.

    2. Penilaian tenaga otot-otot

    3. Penilaian tonus otot

    • Sensorik

    • Menilai kepekaan indra perapa dan indera yang lain

    • Reflex

    1. Penilaian Reflex Tendor

    2. Penilaian Reflex Patologik

    • Test-Test Khusus

    • Pemeriksaan tekanan darah karena biasanya penderita juga hipertensi

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    1. Darah
    • Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah.

    2. Urine

    • Pemeriksaan kadar glukosa dalam urine, karena biasanya terdapat glukosuria pada waktu penderita masuk rumah sakit.

    3. Elektrolit

    • Perlu pemeriksaan elektrolit untuk dapat mengadakan air/garam secara tepat. Hal ini berhubungan dengan adanya gangguan keseimbangan air/ garam.

    4. Liquinor

    • Pemeriksaan dilakukan dengan punksi lumbal untuk mengetahui apakah liquornya jernih atau terdapat perdarahan. Hal ini dapat menunjukkan adanya stroke yang disebabkan oleh infark serebri hemorogik.

    B.  FOTO

    • Thorax
    • CT Scan / MRI

    C. EMG (Electromygrofi)


    TERAPI


    Setelah melakukan diagnosa dan telah ditentukan tipe stroke yang diderita (stroke iskemik atau hemorogik) baru bisa dilakukan terapi dan perawatan berdasarkan tipe stroke tersebut..


    1. PERAWATAN STROKE ISKEMIK


    1. Pemberantasan Edeme Serebri

    2. Pemeliharaan tekanan perfusi cerebral yang optimal

    3. Terapi korektif terhadap kelainan sebagai berikut :

    • Diabetes Mellitus

    • Untuk memperbaiki faktor perlekatan trombosit

    • Odema paru

    2. PERAWATAN STROKE HEMOROGIK

    1. Menurunkan tekanan darah secara pelan-pelan

    2. Mempercepat penghentian perdarahan

    3. Terapi korektif terhadap kelinan seperti pada perawatan stroke obtion 3

    4. Antikonvulsan bila timbul kejang.

    3. PERAWATAN PASCA STROKE

    Pada rehabilitasi, terapi dengan obat-obatan dilakukan jika pada saat Pemeriksa follow up ditemukan kemunduran baik fisik maupaun mental, sebagai berikut :

    1. Manifestasi proses dimensia mulai tampak

    2. Gangguan organik brain syndrome

    3. Tanda Parkinsonisme

    4. Infeksi & Diabetes Mellitus

    5. Secara Umum, bisa diberikan :

    • Acetosal 80 – 320 mg / hari

    • Tiklopidin 250 – 500 mg/hari ( bila tidak tahan acetosal )

    • Acetosal dosis rendah 80 mg + citostozal 50 –100 mg/hari

    • Acetosal 80 mg + dipridamol 75-150 mg/hari.

    4. TINDAKAN OPERATIF

    Hanya dilakukan pada pasien dengan indikasi tertentu, seperti :

    • Phlebotomy untuk polisitemia

    • Enarterektomy Carotis hanya dilakukan pada pasien yang siptomatik dengan stenosis 70-99% unilateral & baru

    • Tindakan operatif lainnya (reseksi artery vein malformation / AVM, kliping aneurisma Berry)

    REHABILITASI STROKE

    • Rehabilitasi berasal dari bahasa latin, yaitu Re yang berarti kembali dan habil yang berarti kemampuan, sehingga kata Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan ke kondisi yang optimal.

    Adapun tindakan-tindakan untuk rehabilitasi stroke terdiri dari Psychoteurapy,Ffisioteurapy, Sociotheurapy dan OccupationalTteurapy.

    1. PSIKOTERAPI

    Merupakan suatu terapi untuk memantau dan menenangkan kondisi kejiwaan penderita stroke yang tentunya sudah dikacaukan oleh kenyataan bahwa kesembuhan yang mutlak memang tidak mungkin pada kasus ini, pasti ada sisa-sisa defek yang diakibatkan oleh serangan stroke.

    Psikoterapi dapat berupa :

    1. Indoktrinasi menyelenggarakan kegiatan untuk memberikan kesibukan dan semangat kepada penderita.

    2. Kesabaran dari dokter dan perawat dan melakukan Follow-up Adapun pemeriksaan follow-up yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

    1. Meneliti kemunduran/ kemajuan fisik/ mental

    Bila terdapat kemunduran maka dokter boleh memberikan terapi obat sesuai dengan manifestasi defek tersebut.

    1. Meneliti secara berkala faktor-faktor resiko, seperti :

    • Hipertensi – Obesitas

    • Keadaan jantung – Hiperlipidemia, hiperuricacidemia

    • Diabetes melitus – Hipotiroidea dan infeksi

    1. Dokter perlu memberikan penerangan/ penjelasan kepada pasien mengenai aktivitas seksual.

    2. Sikap keluarga yang memberikan cinta kasih dan suasana yang menyenangkan di rumah.

    1. FISIOTERAPI

    Merupakan salah satu terapi fisik untuk membantu penderita dalam proses penyembuhan dan mengembalikan kondisi fisiknya seoptimal mungkin walau tidak akan kembali 100% seperti sedia kala.

    Tahap-tahap rehabilitasi secara fisik adalah sebagai berikut :

    1. Positioning

    • Berbaring terlentang

    Berbaring Terlentang

    Berbaring Terlentang

    • Miring ke sisi yang sehat.
    Miring ke sisi yang sehat

    Miring ke sisi yang sehat

    • Miring ke sisi yang lumpuh
  1. Miring ke sisi yang lumpuh
  2. Miring ke sisi yang lumpuh
  3. 2. Range of motion (ROM)

    • Latihan pasif  anggota gerak atas

    (Latihan ini di bantu oleh perawat,terapis atau penolong).

    • Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.
    Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu

    Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu

    • Gerakan menekuk dan meluruskan siku.
    Gerakan menekuk dan meluruskan siku

    Gerakan menekuk dan meluruskan siku

    • Gerakan memutar pergelangan tangan
    Gerakan memutar pergelangan tangan

    Gerakan memutar pergelangan tangan

    • Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

    Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan

    • Gerakan  memutar ibu jari.

    Gerakan  memutar ibu jari

    • Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.
    Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.

    Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.

    • Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah.
    • Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.
    Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha

    Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha

    • Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.
    Gerakan menekuk dan meluruskan lutut

    Gerakan menekuk dan meluruskan lutut

    • Gerakan untuk pangkal paha.
    Gerakan untuk pangkal paha

    Gerakan untuk pangkal paha

    • Gerakan memutar pergelangan kaki
    Gerakan memutar pergelangan kaki

    Gerakan memutar pergelangan kaki

    • Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah, meliputi :
    • Latihan I
    Latihan I

    Latihan I

    • Latihan II
    Latihan II

    Latihan II

    • Latihan III
    Latihan III

    Latihan III

    • Latihan IV
    Latihan IV

    Latihan IV

    • Latihan V
    Latihan V

    Latihan V

    • Latihan VI
    Latihan VI

    Latihan VI

    • Latihan VII
    Latihan VII

    Latihan VII

    • Latihan VIII
    Latihan VIII

    Latihan VIII

    • Latihan IX
    Latihan IX

    Latihan IX

    3. Latihan keseimbangan

    2.3 Latihan Keseimbangan

    2.3.1 Melatih keseimbangan duduk

    Melatih keseimbangan duduk

    Melatih keseimbangan duduk

    2.3.2 Melatih keseimbangan berdiri

    Melatih keseimbangan berdiri

    Melatih keseimbangan berdiri

    4. Latihan mobilisasi

    2.4.1 Latihan Mobilisasi

    • Latihan berjalan menggunakan tongkat
    Latihan berjalan menggunakan tongkat

    Latihan berjalan menggunakan tongkat

    • Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat

    Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat

    • Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat

    Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat

    2.4.2 Tata cara berpindah

    • Dari tempat tidur ke kursi
    Dari tempat tidur ke kursi

    Dari tempat tidur ke kursi

    • Dari kursi roda ke mobil
    Dari kursi roda ke mobil

    Dari kursi roda ke mobil

    5. Latihan activity of day living

    • Tata Cara Makan
    Tata Cara Makan

    Tata Cara Makan

    • Tata Cara Berpakaian

    Cara manggunakan kemeja

    Cara manggunakan kemeja

    Cara manggunakan kemeja

    Cara menggunakan celana

    Cara menggunakan celana

    Cara menggunakan celana

    • Tata cara menggunakan kamar kecil
    Tata cara menggunakan kamar kecil

    Tata cara menggunakan kamar kecil

    3. SOCIOTHERAPY

    Sebagai makhluk social yang sakit,penderita sakit stroke hendaknya dilatih untuk dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai seseorang manusia,meskipun tidak dapat kembali seperti semula.Sociotherapy ini meliputi :

    1.Latihan berkomunikasi

    1.Latihan berkomunikasi

    • Latihan menulis
    Latihan menulis

    Latihan menulis

    • Latihan membaca
    Latihan membaca

    Latihan membaca

    • Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
    Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O

    Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O

    • Latihan mendengarkan suara
    Latihan mendengarkan suara

    Latihan mendengarkan suara

    • Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan
    Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan

    Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan

    2. Memperbaiki daya ingat

    MASALAH REHABILITASI


    Masalah yang terjadi bisa berasal dari :

    1. Pihak penolong/ orang yang merawat :

    Berupa :      –   Keterbatasan fasilitas dan tenaga terampil seperti fisioterapi dan perawat yang cekatan.

    –   Kemampuan dokter untuk memilih terapi yang efektif.

    –    Kesabaran dan waktu.

    2. Pihak penderita/ keluarga :

    –       Adanya komplikasi/ penyakit yang menyertai (Contoh : infeksi               paru-paru, ganggaguan fungsu ginjal, jantung dan lain-lain)

    –       Pendarahan dan odem otak yang berat

    –       Ketaatan minum obat

    –       Keterbatasan biaya

    PENCEGAHAN STROKE DAN LARANGAN


    1. Pencegahan Primer

    1. Strategi kampanye nasional secara terpadu beserta program pencegahan penyakit vaskular yang lain.
    2. Membudidayakan hidup sehat dalam masyarakat :
    • Menghindari       :    Rokok, stres mental, obesitas, alkohol, konsumsi garam yang berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan lain-lain.
    • Mengurangi        :    Kolesterol, lemak, asam urat dalam makanan
    • Menganjurkan    :    Konsumsi gizi seimbang dan olah raga secara teratur
    • Mengendalikan   :    Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit atherosklerotik lainnya dengan menganjur pola hidup sehat seperti diatas.

    2. Pencegahan Sekunder

    1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko (Telah dijelaskan sebelumnya)
    2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin
    3. Obat-obat yang digunakan (Telah dijelaskan sebelumnya)
    4. Tindakan Invasif

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    Sidharta, Priguna. M. D, ph.D. 1999. Neurologi Klinis dalam Proyek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.

    Sidharta, Priguna. Prof. Dr. dan Prof. Dr. Mohar Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Edisi ke 5.

    Panitia medik farmasi dan terapi RSUD Dr. Soetomo. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Penyakit Saraf. RSUD Dr. Soetomo : Surabaya.

    Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, jilid I, Fakultas Kedokteran UI. 2001. Media Aesculapius : Jakarta.

    Olson, James. M:D, ph. D. 2003 Clinical Pharmacology : Metode Ridiculously Simple. EGC : Jakarta.

    http//www@yahoo.com – Recovery dan Rehabilitasi dalam 1 atap.

    http//www@yahoo.com –Rehabilitasi pasca stroke.

    <!–[if !mso]> <! st1\:*{behavior:url(#ieooui) } –>

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sidharta, Priguna. M. D, ph.D. 1999. Neurologi Klinis dalam Proyek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.

    2. Sidharta, Priguna. Prof. Dr. dan Prof. Dr. Mohar Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Edisi ke 5.

    3. Panitia medik farmasi dan terapi RSUD Dr. Soetomo. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Penyakit Saraf. RSUD Dr. Soetomo : Surabaya.

    4. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, jilid I, Fakultas Kedokteran UI. 2001. Media Aesculapius : Jakarta.

    5. Olson, James. M:D, ph. D. 2003 Clinical Pharmacology : Metode Ridiculously Simple. EGC : Jakarta.

    6. http//www@yahoo.com – Recovery dan Rehabilitasi dalam 1 atap.

    7. http//www@yahoo.com –Rehabilitasi pasca stroke.

    Tinggalkan sebuah Komentar

    CERVICAL ROOT SYNDROME

    DEFINISI

    Cervical Root Syndrome atau syndroma akar saraf leher adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf servikal oleh penonjolan discus invertebralis, gejalanya adalah nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan bawah, parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.

    crs1

    crs1

    Salah satu contoh penyakitnya adalah Syndrome radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang dilanda proses patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh.

    Dalam mempelajari tentang Cervikal Root Syndroma, ada beberapa istilah yang perlu diketahui sebagai berikut :

    1. Anasthesia : hilang perasaan ketika dirangsang ; hipestesia

    2. Hiperesthesia : perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (kebalikan anasthesia)

    3. Parasthesia : perasaan yang timbul secara spontan, tanpa dirangsang ; disebut juga dengan istilah “Kesemutan”.

    4. a. Gangguan sensori negative : perasaan abnormal tubuh yang dinamakan anesthesia dan parasthesia.

    1. Gangguan sensori positive : hasil perangsangan pada nosiceptor serta unsur-unsur saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke kortex cerebri.

    1. Ataksia : gangguan lintasan proprioseptif.

    2. Hipesthesia radikular : hipesthesia dermatomal.


    GAMBAR ANATOMI


    Pada daerah leher, banyak terdapat jaringan yang bisa merupakan sumber nyeri. Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligament, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatomal yang dipersarafi oleh saraf servikal.

    anatomi cervical

    anatomi cervical

    Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior disebut dermatome. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatome itu selapis demi selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medulla spinalis C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatome tumpang tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun plexus dan fasikulus terkebih dahulu baru kemudian menuju lengan dan tungkai. Karena itulah penataan lamelar dermatome C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak kabur.

    Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatome radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor congenital, nukleus pulposus atau serpihannya atau tumor dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior.

    Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Maka nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam, menjemukan dan paraestesia.

    Nyeri yang timbul pada vertebra servikalis dirasakan didaerah leherdan belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan atas, lengan bawab\h atau tangan. Rasa nyeri di picu/diperberat dengan gerakan/posisi leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.


    DIAGNOSA


    A. ANAMNESA

    Anamnesa adalah hal-hal yang menjadi sejarah kasus pasien, juga berguna untuk menentukan diagnosa, karena misalnya dengan pendekatan psikiatri terhadap depresinya yang kadang merupakan factor dasar nyeri bahu ini.

    Gejala-gejala yang mungkin nampak pada inspeksi dan palpasi, misalnya :

    1. Nyeri kaku pada leher

    2. Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan

    3. Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps

    4. berkurangnya reflex biceps

    5. Dijumpai nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri bahu” hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan infrascapula atas.

    B. PEMERIKSAAN / TES KHUSUS

    Untuk tes-tes khusus yang harus dilakukan sebenarnya banyak, misalnya :

    1. Tes Provokasi

    Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

    tes provokasi

    tes provokasi

    2. Tes Distraksi Kepala

    Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.

    Tes Distraksi Kepala

    Tes Distraksi Kepala

    3. Tindakan Valsava

    Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.

    Tindakan Valsava

    Tindakan Valsava

    C. FOTO

    Foto 1

    Foto 1

    Foto 2

    Foto 2


    PENGOBATAN


    A. OBAT

    Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan kearah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis servikalis atau kelompok nyeri non spesifik.

    Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:

    • Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)

    • Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)

    • Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)

    • Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)

    • Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)

    • Vit. B1, B6, B12

    B. FISIOTERAPI

    Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut.

    1. Traksi

    Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau intermiten.

    Traksi

    Traksi

    2. Cervical Collar

    Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).

    Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.

    Cervical Collar

    Cervical Collar

    3. Thermoterapi

    Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.

    Thermoterapi

    Thermoterapi

    4. Latihan

    Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan.

    C. OPERASI

    Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medula spinalis yang berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.

    D. LARANGAN

    Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.

    E. SARAN

    Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat:

    • Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.

    • Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.

    • Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

    • Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

    Comments (2)